Terbongkarnya Misteri Ibu Perbu, “Jelmaan Terakhir” Cut Nyak Dhien di Ujung Hidupnya
owl.opera.com
Mar 15, 2018 10:00 AM
Foto : www.id.pinterest.com
Seorang wanita tua dengan mata yang nyaris buta, mengenakan pakaian yang lusuh dan membawa sebuah periuk tanah, ia terlihat lelah setelah menempuh perjalanan yang jauh. Ia dibawa oleh pejabat militer Kolonial Belanda menghadap Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeria Atmadja, di rumah kediamannya.
Wanita tua itu tak sendiri, ia didampingi 2 orang pengiringnya, seorang pria paruh baya dan seorang lagi pemuda. Tak ada informasi yang diberikan oleh petinggi Belanda itu pada sang Bupati, bahkan identitas si ibu tua itu sendiri, selain hanya diamanatkan untuk menjaga dan menitipkan si Ibu tua yang hampir lumpuh dibawah pengawasannya.
Pangeran Aria (Foto : www.flickriver.com)
Tak banyak yang bisa diketahui Pangeran Aria Soeria Atmadja tentang si ibu tua dan 2 pria pengiringnya, karena terkendala bahasa, mereka tak bisa berbahasa Sunda. Yang Pangeran Aria ketahui hanya, dari mulut si ibu tak lepas dari bacaan-bacaan zikir dan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan si ibu tua adalah orang yang tinggi ilmu agamanya.
Hafal Al-Qur’an, Dijuluki Ratu Perbu, Ibu Suci dari Tanah Seberang
Mengetahui “orang titipan” ini adalah seorang yang alim, Pangeran Aria pun berinisiatif memindahkan beliau ke rumah seorang ulama yang tersohor di Sumedang, KH Sanusi dan kemudian dipindah lagi ke rumah Haji Ilyas. Kehadiran seorang “ibu buta misterius” di rumah keluarga Haji Ilyas segera menjadi buah bibir masyarakat Sumedang.
Bagaimana tidak, masyarakat yang hanya tahu si ibu berasal dari “Tanah Seberang” itu ternyata adalah seorang yang hafal Al-Qur’an. Kekaguman masyarakat akan kehebatan si ibu tua, menyebabkan berbondong-bondongnya para kaum ibu ke rumah penitipan milik Haji Ilyas itu, dengan maksud hendak belajar mengaji dan syiar agama darinya.
Rumah penitipan "Ibu Perbu" (Foto : www.sumedangtandang.com)
Berzikir dan mengajarkan Al-Qur’an kepada yang datang, hanya itu aktivitas sehari-hari yang bisa beliau lakukan. Karena tingginya ilmu agamanya dan seorang yang hafal Al-Qur’an diluar kepala, membuat beliau begitu dihormati dan diseganinya si ibu tua oleh warga Sumedang.
Sehingga sejak saat itu masyarakat Sumedang menamakan beliau sebagai “Ibu Perbu (Ibu Ratu) atau Ibu Suci dari tanah seberang”.
6 November 1908, hanya 2 tahun sejak kedatangannya, Ibu Perbu yang dicintai warga Sumedang pun wafat karena sakit yang dideritanya. Dan dimakamkan di kompleks Pemakaman Gunung Puyuh Desa Sukajaya Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang
50 Tahun Kemudian, Rahasia Besar Terbongkar
Lama berselang sejak kematiannya, identitas sebenarnya dari Ibu Perbu masih tetap misteri, tertutup rapat terkubur bersama kematiannya. Tak seorang pun di Sumedang yang tahu siapa dia, selain hanya sebagai Ratu Perbu, Ibu Suci dari tanah seberang.
Hingga suatu hari di tahun 1958, atau 50 tahun sejak kematian ibu Perbu, rahasia besar sedikit demi sedikit mulai terkuak.
Gubernur Aceh kala itu Prof Ali Hasmy yang berkunjung ke negeri Belanda, menemukan informasi tak terduga tentang seorang pahlawan wanita Aceh yang puluhan tahun lamanya, hilang tak tentu rimbanya, yaitu Cut Nyak Dhien.
Pasukan Marsose "pemburu" Cut Nyak Dhien (Foto : www.javapost.nl)
Di negeri Belanda, ia memperoleh informasi yang selama ini dicari-cari rakyat Aceh, tentang dimana keberadaan Pahlawan wanita kebanggaan mereka itu, yang sejak 11 Desember 1906 menghilang tak diketahui nasibnya, setelah ditangkap tentara Belanda.
Informasi penting itu menyatakan, posisi terakhir Cut Nyak Dhien adalah diasingkan ke sebuah kampung kecil di daerah Sumedang di Jawa Barat. Informasi berharga itu tak disia-siakan oleh Prof Ali Hasmy, ia kejar jejaknya hingga ke tanah Sumedang.
Dengan bantuan pemerintah dan pemuka masyarakat Kabupaten Sumedang, informasi penting yang ada di tangan ditangan Gubernur Aceh itu ditelusuri jejaknya. Semua data dan informasi yang terkumpul, nyatanya mengarah pada satu orang dengan keyakinan yang sangat kuat. Dialah Ibu Perbu, Ibu suci dari tanah seberang adalah Cut Nyak Dhien yang lama dicari.
Makam "Ibu Perbu" Cut Nyak Dhien di Sumedang (Foto : www.jawapos.com)
Tanah pemakamannya di komplek pemakaman keluarga KH Sanusi pun disambangi. Dan dengan penuh keyakinan pada saat itu diketahui bahwa jati diri dari Ibu Perbu dari Tanah Seberang yang buta dan penghafal Al-Qur’an yang terkubur di makam ini, adalah sosok Cut Nyak Dhien, tokoh pahlawan wanita Aceh yang melegenda, yang berjuang dengan berlumuran darah untuk membebaskan tanah Aceh dari pendudukkan tentara Belanda.
Dan dua orang pria yang setia mengiringi Ibu Perbu itu, (diduga) adalah Pang Laot, bekas panglima perang Aceh dan Teuku Nana keponakannya.
Cut Nyak Dhien bersama pengawalnya saat tertangkap Pasukan Belanda (Foto : www.id.pinterest.com)
Dan Cut Nyak Dhien, wanita pemberani yang menggetarkan pasukkan Belanda, harus rela mengakhiri riwayat hidup dan perjuangannya, jauh dari negeri tumpah darah yang dibelanya, hidup terasing dalam “jelmaan” sebagai Ibu Perbu, Ibu suci dari tanah seberang.
Sumber Referensi :
www.daerah.sindonews.com/read/1089000/29/cut-nyak-dien-pahlawan-asal-aceh-ibu-sucinya-warga-sumedang-1456665649/13
www.seputaraceh.com/read/12911/2012/11/06/ibu-prabu-itu-bernama-cut-nyak-dhien
Komentar
Posting Komentar